Kamis, 18 Februari 2021

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAJA (2) - DASAR KONSTRUKSI - DPIB - SMK

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAJA (2) 

B. Metode Penyambungan Antar Komponen

Kamu telah belajar mengenai persiapan alat dan bahan pada subbab sebelumnya. Kali ini, kamu akan belajar mengenai metode penyambungan antar komponen baja. Sambungan baja berfungsi untuk menyambungkan beberapa komponen baja menjadi satu kesatuan. Sambungan yang dapat digunakan adalah sambungan las, sambungan baut, sambungan las, dan sambungan paku keling. Sambungan ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

1. Sambungan Las

Menurut Amon, dkk. (1996: 223), sambungan las merupakan sambungan dua buah logam yang menggunakan panas atau melalui proses peleburan. Sedangkan menurut Rahmawati (2015: 100), sambungan las merupakan sambungan dengan cara memanaskan baja hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan atau tanpa bahan pengisi yang akan menyatu dengan baik apabila sambungan telah dingin. Sehingga dapat kita ambil pengertian ringkas sambungan las adalah sambungan baja yang menggunakan cara dipanaskan dengan atau tanpa bahan pengisi agar menyatu dengan baik setelah dingin.

Ada beberapa macam metode sambungan las, yaitu sebagai berikut

a Las Karbid (Las Otogen)

 Las karbid menggunakan bahan dari gas oksigen dan gas acetylene (gas karbid) dan digunakan sebagai untuk konstruksi yang ringan seperti pagar.

b. Las Listrik (Las Lumer)

Las lumer menggunakan bahan dari listrik. Pada pekerjaan konstruksi baja yang memikul beban konstruksi, tidak disarankan menggunakan las karbid tetapi harus menggunakan las listrik.

Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan sambungan las.

a. Sambungan lebih kokoh karena menyatu dengan komponen

b. Bentuk sambungan rapi.

c. Beratnya lebih ringan bila dibanding dengan sambungan lainnya.

d. Pemasangan lebih cepat karena tidak perlu membuat lubang untuk baut misalnya.

e. Tidak mengurangi luas penambang baja sehingga tidak mengurangi kekuatan sambungan baja.

f. Kerugian sambungan las adalah ketergantungan dengan kualitas pengelasan. Sehingga kekuatannya akan berbeda-beda tergantung keterampilan pekerja las.

g. Kerugian lainnya adalah konstruksi dengan sambungan las tidak dapat dibongkar.


2. Sambungan Baut

Sambungan baut menurut Rahmawati (2015: 96) adalah sambungan dengan menggunakan batang bulat dan berulir yang salah satu ujungnya dibentuk kepala baut dan ujung lainnya dipasang mur (pengundi).

Umumnya, bentuk kepala baut adalah segi enam dan bentuk uliran batang baut adalah ulir segitiga yang digunakan sebagai baut pengikat.

Untuk konstruksi yang sifatnya ringan hingga sedang seperti pada bangunan gedung, penggunaan sambungan baut adalah sambungan baut biasa (baut hitam). Sedangkan untuk konstruksi yang sifatnya lebih struktural dan menahan beban yang besar akan lebih baik menggunakan sambungan baut yang tegangan tinggi (baut pass), misalnya pada bangunan jembatan, jalan raya, dan sebagainya.

Sambungan menggunakan baut memiliki kelebihan sebagai berikut

a. Pemasangan mudah di lapangan.

b. Konstruksi dapat dibongkar-pasang dengan mudah.

c. Dapat digunakan untuk menyambung komponen baja dengan tebal >4d.

d. Dapat menahan beban yang besar dengan menggunakan baut pass.

Jarak pemasangan sambungan baut maupun paku keling yang lebih dari 5 harus dipasang dalam 2 deret atau lebih agar tidak mengurangi kekuatan masing- masing baut atau paku keling.


3. Sambungan Paku Keling

Sambungan paku keling adalahsambungan dengan menggunakan paku yang berpenampang bulat. Sambungan ini mulai tergantikan dengan sambungan baut tegangan tinggi. Namun, di Indonesia sambungan ini masih banyak digunakan.

Sambungan paku keling cocok digunakan untuk konstruksi yang menahan beban dinamis karena sifat nya tidak mudah bergerak. 

Sumber :

Lestari, A. D. (2018). Dasar-Dasar Konstruksi Bangunan. Surakarta: Mediatama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar